YES RADIO, Cilacap : Keberadaan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap sebagai kilang terbesar dan paling strategis di Indonesia tak terbantahkan.
Di sinilah 1/3 Crude (minyak mentah) Pertamina diolah.
Selain itu, sekitar 1/3 kebutuhan nasional dan 60% kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di pulau Jawa disuplai dari RU IV.
Oleh karenanya sangat penting menjaga keberlangsungan operasional kilang di dalamnya.
Fuel Oil Complex (FOC) I merupakan kilang pertama yang dibangun pada 24 Agustus 1976 silam.
“Itu berarti tepat pada 24 Agustus ini sudah berusia 44 tahun,” jelas Hatim Ilwan, Unit Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina RU IV Cilacap.
Menjaga kehandalan kilang raksasa, tambah Hatim, menjadi komitmen besar Pertamina Kilang Cilacap demi menjaga suplai energi nasional.
Lanjut Hatim, kilang FOC I merupakan bagian dari pembangunan tahap pertama atau disebut kilang 1 meliputi FOC I, Lube Oil Complex (LOC) I dan Utilities.
Awal dibangun, kapasitas kilang ini adalah 100.000 barrel/hari dan beroperasi perdana sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976.
“Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking Project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari,” terangnya.
Hatim merinci, Debottlenecking Project Cilacap (DPC) dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas operasional RU IV.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Contract adalah Fluor Daniel.
Sedangkan perancang dan pemilik lisensi untuk LOC adalah Shell International Petroleum Maatschppij (SIPM).
“Pertamina merealisasikan proyek Debottlenecking RU IV Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan mulai beroperasi pada awal Oktober 1998,” tuturnya.
Diketahui, kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah untuk mendapatkan BBM sekaligus produk Non-BBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal.
“Mengolah minyak dari Timur Tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi tersebut,” tegasnya.
Dengan kapasitas intake 118 million barel steam per day (mbsd) / 16.200 td, produk yang dihasilkan dari FOC I antara lain, Gasoline dengan RON 100, Kerosene (Avtur), Light Gas Oil dan Heavy gas Oil sebagai komponen produk Pertadex, dan Long Residu sebagai feed kilang LOC I untuk menghasilkan Lube Base Oil.
Yang terbaru, masih menurut Hatim, pasca Proyek Langit Biru Cilacap atau PLBC di unit FOC I ditambahkan Continuous Catalyst Regeneration (CCR) terjadi peningkatan kwalitas produk.
“Sehingga Pertamina RU IV menghasilkan produk Pertamax Turbo sesuai dengan standart EURO 4,” pungkas Hatim.
Meski usianya sudah menginjak 44 tahun, menurut Hatim, pihaknya selalu memelihara kilang FOC I ini dengan standar tinggi.
“Harapannya agar tetap aman, bisa terjaga kehandalannya, efisien, ramah lingkungan dan tetap berkeuntungan,” tutupnya. (lus)