YES RADIO, Cilacap : Beberapa hari belakangan masyarakat Kabupaten Cilacap mengeluhkan cuaca dingin di malam hingga pagi hari.
Padahal, saat ini di Indonesia terutama wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera bagian Selatan sudah memasuki musim kemarau.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Cilacap – Teguh Wardoyo mengungkapkan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan, suhu minimum di wilayah Cilacap mencapai kisaran 23°C hingga 24°C
Kondisi tersebut merupakan normal, bahkan masih jauh dari rekor suhu dingin yang pernah terjadi di Cilacap pada Agustus 1994 mencapai 17,4°C.
“Penyebab terjadinya suhu dingin di musim kemarau ini disebabkan oleh adanya pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia atau yang sering disebut Monsoon dingin Australia. Serta adanya gerak semu matahari yang bergerak ke utara bumi”, jelasnya.
Sementara akibat dari kejadian tersebut, wilayah selatan Bumi kehilangan sumber panas, sehingga suhu udaranya menjadi lebih dingin, serta faktor lainnya adalah adanya karakteristik udara musim kemarau.
Faktor karakteristik udara musim kemarau ini disebabkan kurangnya uap air di musim kemarau dan dampaknya panas dari permukaan bumi yang dilepaskan pada malam hari langsung terlepas ke lapisan lebih yang tinggi.
Sehingga tidak ada panas yang tersimpan di dekat permukaan bumi, maka pada pagi hari udara akan terasa lebih dingin.
“Selain itu, suhu dingin ini juga ada kaitanya dengan angin kencang yang belakangan sering terjadi”, ujarnya.
Hal tersebut dibuktikan dari pantauan tekanan udara yang saat ini terjadi di belahan bumi selatan sekitar 1.024 Milibar, sedangkan di belahan bumi Utara sekitar 1.008 Milibar.
Perbedaan tekanan udara di Bumi Bagian Selatan dan Utara yang signifikan ini berdampak terhadap terjadinya angin yang cukup kencang.
Kemudian, dampak selanjutnya yakni pada status gelombang laut menjadi tinggi hingga sangat tinggi di perairan, terutama di samudera Selatan Jawa.
“Saya mengimbau kepada para nelayan, agar lebih berhati-hari dalam melakukan pelayaran, serta kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di sekitar pohon yang rentan tumbang”, imbuhnya.