YES RADIO, Cilacap : PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menggandeng Kelompok Tani Hutan Wana Lestari di Desa Bunton dan sekitarnya, untuk memperkuat pelestarian lingkungan melalui pelatihan budidaya mangrove.
Program ini menjadi bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, pelestarian alam, serta penguatan ekonomi lokal berbasis ekosistem mangrove.
Manager Komunikasi dan TJSL PLN EPI – Dita Artsana menjelaskan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil pemetaan sosial sebelumnya.
Dari hasil tersebut, Desa Bunton teridentifikasi sebagai wilayah yang rentan terhadap abrasi pantai dan dampak perubahan iklim.
“Penanaman dan pelestarian mangrove adalah langkah strategis, tidak hanya untuk perlindungan lingkungan. Tapi juga membuka peluang besar pengembangan ekowisata,” jelas Dita.
Dikatakan, Pelatihan dan Pemberdayaan Ekonomi
Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat Desa Bunton difokuskan pada keterampilan dalam mengelola rumah bibit dan menjaga kawasan konservasi mangrove.
Ke depannya, pelatihan ini akan meluas mencakup teknik eco print dengan daun mangrove sebagai pewarna alami, yang memiliki potensi sebagai peluang usaha.
Dita mengungkapkan, PLN EPI akan mengembangkan 17 program pemberdayaan, termasuk pelatihan UMKM, pendidikan, bank sampah, dan pengembangan wisata berbasis mangrove.
“Target kami dalam tiga tahun ke depan, warga Desa Bunton bisa lebih mandiri secara ekonomi dan memiliki kapasitas untuk mengelola sumber daya lokal secara berkelanjutan,” jelasnya.
Camat Adipala – Teguh Prastowo menyambut baik dan mengapresiasi kepedulian PLN EPI terhadap masyarakat dan lingkungan.
Pihaknya berharap, pelaksanaan program ini berjalan konsisten dan berdampak nyata terhadap perekonomian desa.
“Kegiatan mangrove ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya dari sisi ekologi, tetapi juga dalam mendorong ekonomi kerakyatan melalui sektor pariwisata,” ungkap Teguh.
Dengan pelatihan ini, Desa Bunton diharapkan menjadi contoh pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan, sekaligus tumbuh sebagai desa mandiri dan destinasi wisata baru yang memberikan nilai ekonomi nyata bagi masyarakatnya.
“Kalau kita pelihara dengan baik, kawasan ini bisa tumbuh jadi destinasi unggulan. Apalagi di Kampung Laut, Mangrove sudah dikembangkan sebagai pusat wisata. Ini bisa kita adopsi untuk membangun kawasan yang serupa”, tegasnya.
Sementara itu Sekretaris Perusahaan PLN EPI – Mamit Setiawan menjelaskan, kegiatan ini mencerminkan komitmen PLN EPI terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dan merupakan bagian dari 17 program pengembangan yang direkomendasikan paska pemetaan sosial beberapa waktu lalu.
“Kami menetapkan 3 (tiga) fokus utama, yaitu Penguatan UMKM, Pelestarian Lingkungan, dan Pendidikan melalui pelatihan. Salah satunya kami realisasikan di awal adalah melalui pendidikan pelatihan mangrove hari ini di Desa Bunton dan site visit ke Ekowisata Arboretum Mangrove di Kampung Laut”, kata Mamit.
PLN EPI mencatat, untuk tahap awal telah tersedia lahan seluas 400 meter persegi yang difungsikan sebagai nursery atau rumah pembibitan mangrove, dengan kapasitas pengembangan antara 5.000 hingga 10.000 bibit.
Kegiatan ini melibatkan 20 anggota Kelompok Tani Hutan “Wana Lestari” yang akan menjadi pionir dalam pengelolaan dan budidaya mangrove berkelanjutan.
Tak hanya aspek ekologis, untuk menahan abrasi air laut, program ini juga diarahkan untuk membuka peluang usaha baru melalui produk pangan berbasis mangrove, seperti keripik, sirup, stick, tepung, dan dodol yang bernilai tambah bagi ekonomi warga setempat.
Diketahui, PLN EPI juga menggandeng BRIN dan Universitas Jenderal Soedirman dalam pelatihan, pembinaan dan pembuatan Rumah Bibit Mangrove.
Diharapkan, pelatihan ini mampu menghasilkan dampak berkelanjutan, baik dari sisi pengetahuan, sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
“Kami ingin program ini tak berhenti pada pelatihan, tapi terus berlanjut hingga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Konservasi lingkungan harus kita padukan dengan manfaat ekonomi agar hasilnya lebih inklusif dan berkelanjutan”, imbuhnya.
Kegiatan ditutup dengan kunjungan ke Kampung Laut, lokasi yang telah mengembangkan ekowisata mangrove dengan fasilitas jembatan wisata dan edukasi.
Kunjungan ini menjadi bagian penting dalam transfer pengetahuan antar wilayah serta pemetaan potensi pengembangan destinasi serupa di wilayah Adipala dan Desa Bunton.